Senin, 13 Februari 2017

Mom, I am Your Daughter


"tin, nanti buka puasanya di swiss bel ya." kata ibu saat melewatiku yang masih berjibaku dengan cucian.
"eh, ibu ga salah tidur? ada apa gerangan buka puasanya di swiss bel?" jawabku sedikit heran, tak lain dan tak bukan karena tau ibu paling ga suka makan diluar, "lebih sehat makanan di rumah kita tin" katanya, alih-alih lebih hemat hihi.

"ada pertemuan dengan Mentri Pertanian. ikut saja ya." she closed the conversation.

---

"syukron ya kak udah dianter." kataku sambil tersenyum kepada kak siti khodijah yang telah membersamai sejak siang, mulai dari ngehitungin jilbab untuk kegiatan GeMAr 2017, syuro LDK, sampai tahsin Qur'an.

"iya ukh sama-sama. assalamu'alaykum." tutupnya diiringi kepulangannya.

sudah sore, baru sampai diluar sudah nampak kalau ada mahasiswa ibu yang sedang konsultasi.
akupun masuk dan berlalu.

teringat agenda yang sedikit lagi berlangsung, pikirankupun mulai kesana kemari.
"inikan kegiatan orang pertanian, nanti aku disana sama siapa? ibukan dosen, as usually, duduk dosen dan mahasiswa itu berpisah, sedang disana banyak orang yang tak ku kenal. how to be stay at there with that condition?" dan pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat semakin dug-dug untuk pergi. hehe harusnya biasa aja ya, cuman jika itu lingkungan baru dan banyak yang tak ku kenal, akan menjadi awkward moment. ah, biarlah. let it go mah kalau kata Elsa (Frozen).

"bu, nanti duduknya kita misah ga?" akhirnya, celetupku pada ibu.
"ya enggalah, nanti kita sama-sama duduknya." sahut ibu yang membuatku feel better.

---

"bu, kemarin kan ya aku pulang dari rumah kak siti khodijah. nah di ujung gangnya itu ada 3 anak bule lucu-lucu, dua anak laki satu anak perempuan." ceritaku sambil berjalan menggandeng ibu di koridor hotel.

"loh ada apa anak bulik disitu?" jawab ibu yang salah sambung.
"bule buuu bulee, bukan bulik wkwk." cengirku yang sudah tak sabar ingin melanjut cerita, namun dari kejauhan nampak banyak orang yang sudah menunggu untuk masuk di ruang serbaguna hotel tsb.

ada mahasiswa-mahasiswa yang menyapa ibu, and my hand still holded her hand.
then, ada teman-teman ibu, ibupun menyapa teman-temannya, dan kulepaskan gandengan ku. yah, seringnya jika ada teman ibu atau mahasiswa lain, jangankan tangan, diri ini akan kugiring menjauh dari ibu. ain't, bukan karena malu dibilang udah gede masih buntutin ibunya, tapi tak ingin jika ada suara dari arah kiri "oh, dia anak dosen." "oh, jadi itu anaknya bu indah.", "oh, itu." dan oh oh lainnya yang akan menjadi jarak antarku dan yang lainnya.

setelah berbincang sedikit ibupun mengajak ku masuk.
"ayo tin." ajak ibu yang membuatku agak kikuk karena banyak beud teman-teman ibu yang seyogiayanya dosen-dosenku di kampus walau beda jurusan.

do you know what the thing that was make me meelting?
diriku yang kebingungan melihat mahasiswa dan dosen yang duduk berpisah dan i didn't know, did i know one of them (student)? but my mom took my hand, and holding it lebih erat. yaa, digandeng dengan lebih erat. diriku yang sedari tadi menghindari biar ga keliatan anak ibu (padahal udah nampak bet-,-), eh beliau malah menggandeng tangan ini dengan lebih erat.

bukan hanya itu, saat seluruh tamu dan undangan dipersilahkan makan. ibu turut duduk di dekatku, yang padahal ibu dari tadi duduknya nun jauh dimato hihi. "ini makan dulu." sambil menyuapiku, oh mom... for the sure I was embarrassed, ga enak dengan mahasiswa lainnya, hehe yang lainnya pada nungguin nasi kotak (makan dosen dan mahasiswa terpisah, dosen prasmanan, hoho kasta-abble bet yak).

satu hal yang kemudian menyadarkanku.
ini bukan tentang apa yang orang lain pikirkan.
ini bukan tentang apa yang harus ketutup untuk tak mereka jadikan terkaan.
tapi ini "akhlaq cinta sang ibu."

tak peduli apa yang orang lain katakan.
tak ambil pusing akan apa yang orang lain terejmahkan.
yang ia tau, "aku ini ibumu" titik.

ya, pada suapan pertama rasanya masih malu.
but after that, no more.

yah...
aku tak peduli jika ada yang bilang "manja"
aku tak peduli jika ada yang menatap dengan tatapan "dasar pamer."
karena ku tau, ibuku tulus, dan tak peduli apa yang mereka katakan.
karena ku tau, ibuku hanya ingin anaknya baik-baik saja.

ah ibu...
ku ingat kembali rintihanku saat itu.
"ya Allah, jika memang bapak ingin menikah lagi, berilah ia istri yang bisa menjadi ibu kami dan membimbingnya kejalanMu."
and Allah sent her for us.

fabiayyi 'alaa irrabbikuma tukadziban?
tak ada yang bisa kudustakan dari nikmatNya melalui cinta sang ibu.

mungkin rasa pelukannya berbeda dengan pelukan mama.
tapi cintanya setulus mama, yah... selalu seperti itu, cinta sang ibu.

ibu ku sayang
engkau salah satu alasan, mengapa aku masih berjuang.
semoga Allah menjadikanku anak shalih agar bermanfaat baktiku padamu, fiddunya wal akhirah.

***

with lovely heart,


your daugher (Tin ~)

0 komentar:

Posting Komentar