Minggu, 22 Juli 2018

Graduation without Make Up


"wah, makasih bu. aku suka bajunya, gamis batik. finally aku punya gamis batik. bisa dipakai buat wisuda." with all of my gratitude I thank her. beliau baru saja balik dari luar kota dan membelikan oleh-oleh yang walau tak ku minta beliau beri, walau tak jarang diri memberikan hadiah yang tak ada pas-pasnya untuk beliau. namun beliau selalu mengusaha memberikan yang pas untuk ku. jazaakillaahu khayran katsiran ibu.

"pakai buat wisuda?" tanya ibu, yang ku sambut dengan anggukan dan senyuman. mungkin bukan hanya ibu yang akan bertanya, bahkan sempat ku gunakan gamis itu ke suatu acara jauh hari setelah wisuda ada yang bertanya.

"cantik, tin, bajunya." 
"iya bulik alhamdulillaah hehe, ini baju yang aku pakai wisuda." jawabku dengan senyum membayangkan hari itu.
"lah, itukan baju rumahan." tukas beliau. 

eng ing eng, rupaya baju itu cukup sederhana untuk digunakan dalam acara se-special wisuda. yep, for somepeople. but I think that is proper dress for one of my milestone. 

diriku banyak belajar kesederhanaan dari Ibu, beliau adalah seorang doktor (it's not to show it off) but it's not make her feel shy with her appearance or make her should change her appearance. beliau tetap bersederhana, bukan karena pelit ga ingin memberikan sesuatu untuk dirinya, tapi ia lebih memilih pengalihan dana untuk orang lain.

"yang penting itu kesopanan kita tin, bukan make up kita." sering beliau menasehatiku.

one of my reason, why I didn't use make up in my graduation day. 
is it important? some of the wisudawati thinks, yes it is. for me? ah, I won't lie, I had time to think that maybe I need some soft makeup on my face at the day. the girls always want to have a good look, isn't it?

sampai paniknya berpikir, make up, engga, make up, engga...
sudah ada dua tawaran saudari yang ingin medandaniku, katanya I never use make up before (as long they know me, but indeed I ever did it before they know me xoxo), "soft aja kok kak makeupnya nanti ta buatkan." she beg on me. hihi ~ thanks dear 

mungkin bagi sebagian orang you don't need to condider it, just no if it no, and yes if it yes. tapi diriku mempertimbangkan banyak hal. if I don't use it, maybe I will be the only one girl who don't use make up, and it will look like a awkward circumtance for the others. but if I make it yes, how about tabarruj? is it accepted? or yeah, I can use a little bit of make up, just the soft colour. but no, no, no. If I do it, how about my ukhtiers' thought? they will think it is acceptable.

iya, jika diriku bermakeup ria. khawatirku kelak adik-adik akan menganggap, hal ini tak mengapa. ah, terlalu jauh. tapi toh tetap harus kupertimbangkan.

"kak (teh, mba, dll), dulu waktu wisuda make up ga?" beberapa akhwat yang telah melalui fase itu ku serang dengan pertanyaan yang sama. ada yang menjawab, yes I did, ada juga yang engga krn she has use niqab at the time, ada juga yang menjawab "yes I did, but I hope you don't, or if you want, the thin lipstick with soft colour is enough." 

search di segala macam tempat dengan keywords "wisuda tanpa make up", "wisuda syar'i" but I don't get enough way to take a decision. sampai aku tiba di rumah dengan lelahnya disuatu siang setelah sibuk mengurus a, b, c, syarat wisuda, ibupun nyeletup.

"awas ya kalau kamu pakai make up pas wisuda." akupun tersenyum mendengarnya.

Allah sends her for me, dengan segala perbedaan cara pikir, cara pandang, cara bertindak, tapi ia (ibu) berhasil menyatukan segala perbedaan dengan kesederhanaannya. sesederhana ia mencintaiku dengan tak berharap banyak melainkan senyum bahagiaku.

"ibu dulu saat wisuda S1 memang pakai make up, tapi karena ibu pakai kebaya. jadi ya cocoknya memang dandan. kamu ga usah ya." ma syaa Allah, teman berantem dahulu kala dikala aku memakai jilbab yang panjang selutut, teman debat dengan segala macam perbedaan pendapat akan suatu persoalan agama. beliau tetap menginginku dalam kesederhanaan.

jauh sebelumnya bahkan ibu tak menyarankanku untuk turut membeli selempang wisuda, "buat apa coba tin, dengan yudisium kan kamu udah resmi jadi pengangguran. kecuali kalau kamu dikasih karena apa gitu." kata beliau. ma syaa Allah hihi, tohokan dahsyat.

iya, ga papa kalau ada yang berpandangan berbeda :D it's free dear.
kalau ada yang ingin berpandangan "selempang wisudakan untuk give appresiation for our self." iya ga papa, akupun se-sependapat dengan kamu, iya kamu hehe. aku hanya ingin berbagi, betapa sederhananya beliau dalam segala sesuatu, betapa beliau selalu memperhitungkan segala sesuatunya agar tak menjadi percuma. dan akupun masih belajar, karena tentu diriku sangatlah jauh dari beliau.

ma syaa Allah wa tabarakallaah....
al hasil saat wisuda, I just the one girl who didn't use make up, hanya berbekal pelembab dan babypowder. saat yudisiumpun ayem di onli wan who didn't use selempang hihi (padahal ngarep ada yang ngasih *watcau).

is there any comment of your appearance at the time?
sure, ada yang bilang...
"tin, nak, kamu pakai lipstik ibu ya lipstik kamu kurang tebal." kata salah satu dosen (padahal emang kagak pakai lipstik eyke bu)
"kamu ga make up ya? iya ya kita terlalu rempong pakai make up."
"kamu ga suka make up ya?"

bahkan jauh hari udah ada ancaman, "awas ya tin, saat wisuda kamu ga make up. kalau engga, berarti kamu emang keterlaluan." hee ma syaa Allah ~

for sure mau pakai lipstik tipis sebenarnya tp ada trauma dgn lipstik dan teman-temannya takut bibir malah menghitam.

dan lagi...
Allah melihat dari ketakwaan setiap hambaNya, ah takwapun masih proses ku raih dengan seringnya aku tertatih, lantas jika inginku nampak indah di hari itu untuk siapakah ku berikan keindahan itu? rabbigfirli...

semoga Allah istiqomahkan kita selalu dalam segala kebaikan yang terus terseru dan terlaku, serta menjauhi segala larangNya yang akan membuat tubuh menyesal dengan kaku.

with a little fire of writing spirit,


Tin ~


PS: jangan langsung su'udzon sama yang bermakeup saat wisuda maupun dalam kesehararian, dengan judging bahwa dia tabarruj, ingin dilihat orang, ga istiqomah dan sebagainya. tak sedikit akhwat yang ku tanyai sebenarnya tak ingin berdandan dihari spesial seperti itu, tapi qadarullah orang tua menyampaikan ingin yang kuat. dan ingat gaesss, kebutuhan kulit setiap orang berbeda-beda. ada yang memang butuh lipstik atau lipgloss karena jika tidak bibirnya bisa pecah-pecah hingga luka (it's true story that I heard from the patient), butuh bedak lebih karena kulit yang cenderung berminyak dan sebagainya. tetap husnudzon (berprasangka baik) jikapun ada indikasi negatif, doakanlah bukan dengan menghardik atau memikirkan hal buruk tentang saudarimu. that's how Islam teaches us, right?

Read More